Dilihat dari latar belakang kebudayaan,
orang Papua adalah rumpun ras dan etnis Melanesia yang berada, hidup, berkarya
di kawasan Pasifik Selatan. Kebudayaan, bahasa, ras, etnis, pola hidup tidak
sama dengan orang-orang Indonesia yang merupakan ras dan etnis Melayu. Dari
letak geografis juga sangat jauh dari letak tempat tinggal orang-orang
Indonesia.
Dr. George Janu Aditjondro mengakui,” ….
Kita berbicara tetang suatu Propinsi yang jauh dari pusat. Jauh, bukan saja
dalam arti arafiah, yakni dalam arti geografis atau spatial, melainkan juga”
jauh” dalam arti kultur. Artinya, kultur orang-orang yang nasibnya ditentukan
oleh orang-orang di pusat itu sangat berbeda dengan kultur mereka yang
menentukan nasib mereka. Ada cultural gap (jurang pemisah kultural) yang sangat besar antara para penentu dan mereka
yang ditentukan nasibnya”.
Berhubung dengan ulasan sejarah
perjalanan dan kebudayaan orang Papua ini, seorang pemikir muda Papua berasal
dari Papua pedalaman pernah berkomentar: “
bahwa jika dilihat dari sejarah masa lalu bangsa Papua yang demikian, orang
Papua dan selalu terus-menerus bertanya dimana klaim Indonesia bahwa NKRI
adalah pemilik kebenaran atas wilayah Papua. Ingatlah sebab sesuatu yang
dibangun di atas dasar penipuan tidak akan pernah bertahan lama. Ingatlah
apakah Uni Soviet Negara adikuasa yang memimpin Blok Timur itu bertahan hingga
dewasa ini? Ataukah kita hanya mengenagnya bahwa Uni Soviet pernah jaya tapi
kini tiada. Apakah Kerajaan Romawi kuat itu bertahan hingga dewasa ini? Ataukah
ini kita hanya mengengnya bahwa Kerajaan Romawi Kuno itu pernah ada dan
berkuasa di bumi. Diatas tanah Papua NKRI bukan harga mati karena sejarah telah
membuktikannya dan juga yang abadi yang selamanya itu adalah milik Tuahn
Allah”.
Pemikiran dan intelektual muda ini
menambahkan, “ Bangsa yang besar adalah bangsa yang mengakui kesalahan masa
lalunya dan memberikan dengan tulus dan iklas kepada yang disalahkan atau yang
tertindas mengembalikan hak-haknya, mengembalikan kehormatannya, mengembalikan
wibawahnya, mengangkat harga dirinya maka bangsa yang besar itu setidaknya
dapat memberikan setitik harapan dengan masa depan bangsanya tetapi juga kepada
mereka yang menikmati kebebasan. Contoh klasik diantara Indonesia dan Belanda,
India dan Inggris, Panama dan USA, Pilipina dan USA, Timor Leste dan Indonesia,
PNG dan Australia, Afrika dan Aparteid, Cina dan Inggris dan Hongkong dan
Inggris”.
Melihat dari ulasan catatn ini membuktikan
bahwa persoalan Papua Barat bukan masalah nasional tetapi persoalan
Internasional. Robin Osbon juga mengakui itu,” sejak dulu hingga kini,
persoalan Irian Jaya (Papua sekarang) bukan persoalan antara Indonesia dari
penduduk Papua, melainkan juga persoalan yang menyangkut internasional”.
Berhubungan dengan ini, pada tanggal 1 Juni 2006, diruang pertemuan Kantor
Gubernu Propinsi Papua, Yorrys Raweyay juga pernah menyatakn bahwa, “ masalah
Papua adalah masalah internasional bukan saja masalah dalam negeri. Hehingga
penanganan dan penyelesaian juga harus hati-hati dan bermartabat”. Status
politik Papua Barat adalah persoalan intinya, “maka kekerasan di Papua sulit
dihentikan, tanpa terlebih dahulu menyelesaikan status politik Papua”.. Assomaen Blog/17
Hai Sodara sodari kamu merasa diri bahwa kami ini orang Papua, jangan tinggal diam di tanah dan negeri kita sendiri, mari kita terus berjuang dan merampas tanah ini kembali dari tangan penjajahan : Judul Buku: Pemusnaan Enis Melanesia :
SUMBER: Buku Pemusnaan Etnis Melanesia/Halaman 133-135
0 Response to "Latar Belakang Kebudayaan Melanesia (ASSOMAEN) "
Posting Komentar